Banyak yang mikir, kalo marketing cost itu cuma soal iklan aja..
Padahal realitanya jauh lebih kompleks, jika tidak dihitung tidak dihitung secara detail, biaya-biaya ini diam-diam bisa membengkak dan memakan margin keuntungan Anda.
Belum lagi, jika salah menentukan persentase biaya marketing yang seharusnya dikeluarkan. Kalo kurang penjualan bisa kurang maksimal, kalo lebih bisnis bisa rugi.
Ada yang bilang 5% dari total revenue, ada yang bilang bisa sampai 20%, berapa yang sebenarnya?
Yuk, mari kita bahas pengertian, jenis, contoh, berapa cost marketing yang harus dikeluarkan dan pembukuannya pada artikel di bawah ini!
Menurut Mulyadi (2007) dalam jurnal artikel berjudul “Analisis Biaya Pemasaran Sebagai Salah Satu Alat untuk Pengendalian Biaya Komersial (Studi Pada PT Pangan Lestari Finna Malang 2012)” menjelaskan jika:
Marketing cost atau biaya pemasaran adalah seluruh biaya yang terjadi sejak produk selesai diproduksi dan disimpan dalam gudang sampai pada produk tersebut diubah kembali dalam bentuk tunai.
Lebih sederhananya, Thomson Learning (2004) mendefinisikan jika:
“Cost marketing atau biaya pemasaran adalah seluruh biaya yang diperlukan dalam proses memasarkan, mendistribusikan dan melayani produk atau jasa”
Yang artinya:
Cost marketing mencakup semua biaya yang terkait dengan upaya mendistribusikan produk, mulai dari gudang hingga titik akhir di tangan konsumen.
Termasuk di dalamnya adalah biaya penjualan, advertensi, pergudangan, pembungkusan, pengiriman, kredit dan penagihan, serta akuntansi pemasaran.
Marketing cost itu nggak ada rumus pasti. Bahkan dua perusahaan yang menjual produk sama persis, bisa punya struktur biaya pemasaran yang berbeda 180 derajat. Dan itulah yang bikin marketing cost unik sekaligus tricky untuk dianalisis.
Untuk membedakannya dengan biaya-biaya lainnya, Anda perlu memahami karakteristik biaya pemasaran berikut ini:
Dalam melakukan analisis biaya pemasaran, Mulyadi menjelaskan jika biaya dibedakan berdasarkan beberapa dimensi penting untuk memudahkan evaluasi dan pengambilan keputusan, diantaranya:
Biaya yang bisa dihubungkan langsung dan spesifik ke suatu fungsi atau kegiatan pemasaran tertentu.
Biaya yang berhubungan dengan beberapa fungsi/kegiatan pemasaran, tapi tidak eksklusif pada satu aktivitas saja.
Contohnya:
Biaya yang tidak bisa dikaitkan secara langsung dengan fungsi pemasaran tertentu, biasanya bersifat umum atau administratif. Biasanya dialokasikan menggunakan metode proporsional (misalnya, berdasarkan total penjualan atau volume pesanan).
Contohnya:
BACA JUGA: Mengenal Tentang CRM atau Customer Relationship Management
Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Biaya” juga menjelaskan secara garis besar, biaya pemasaran digolongkan menjadi dua jenis, yakni:
Biaya ini dikeluarkan sebagai bentuk usaha untuk menarik perhatian calon pembeli dan mendorong mereka melakukan pembelian.
Dengan harapan, untuk meningkatkan penjualan dengan cara mendapatkan pesanan dari pelanggan baru maupun pelanggan lama.
Misalnya:
Sedangkan biaya untuk memenuhi pesanan adalah biaya yang berkaitan dengan proses penyampaian produk ke tangan pelanggan serta penagihan pembayaran.
Tujuannya, untuk memastikan pesanan yang sudah diterima bisa diproses, dikirim, dan ditagih dengan lancar.
Misalnya:
Kesimpulannya, biaya dibedakan menjadi dua golongan yang menggambarkan proses pemasaran, yakni:
Order getting berfokus pada menarik pelanggan dan order filling berfokus pada memenuhi ekspektasi pelanggan setelah mereka membeli.
Berikut beberapa contoh biaya pemasaran yang biasa dialokasikan oleh perusahaan dalam kegiatan operasional untuk menunjang efektivitas strategi pemasaran dan distribusi produk.
Menentukan budget marketing itu mirip seperti menyetel volume musik kalau terlalu pelan, pesan Anda tidak terdengar; tapi kalau terlalu keras, bisa bikin boros dan sakit kepala.
Banyak bisnis, terutama UMKM dan startup, sering bingung: harus mulai dari berapa persen? Apakah cukup pakai patokan omzet? Atau lihat dari target pertumbuhan?
Berapa sih budget marketing yang sehat?
Kalau Anda pasang iklan, jangan cuma tengok bujet, tapi ukur hasilnya. ROI yang positif menunjukkan budget marketing Anda sehat.
Beberapa ahli juga menekankan pentingnya rasio investasi yang nyata agar strategi Anda berjalan lancar dan efisien.
BACA JUGA: Rumus ROI (Return On Invesment) dan Cara Menghitungnya
Untuk patokannya sendiri, biaya pemasaran berapa persen dari total penjualan bisa sangat bervariasi tergantung jenis bisnis dan tujuan pertumbuhan.
Secara umum, banyak ahli dan praktisi menyarankan alokasi di kisaran:
Angka ini bukan patokan mutlak, tapi bisa jadi titik awal yang cukup realistis. Yang penting, Anda tetap menyesuaikannya dengan kapasitas keuangan dan target yang ingin dicapai.
Selain berdasarkan persentase penjualannya, Anda juga perlu menyesuaikan lagi dengan apa tujuan dan arah bisnis Anda.
Tidak semua bisnis membutuhkan porsi bujet yang sama, karena tujuannya pun berbeda-beda. Misalnya:
Intinya, besar kecilnya bujet harus “nyambung” dengan target yang ingin Anda capai.
Jangan anggap alokasi bujet sebagai angka mati, paten dan nggak bisa berubah.
Di dunia marketing yang dinamis, evaluasi rutin sangat penting. Pantau terus performa iklan, segmentasi audiens, hingga channel yang digunakan.
Kalau ada strategi atau kanal pemasaran yang kurang memberikan hasil, jangan ragu untuk menggeser budget ke area yang lebih potensial.
Fleksibilitas ini akan menjaga efektivitas pengeluaran dan memastikan setiap rupiah bekerja lebih optimal untuk tujuan Anda.
Terakhir, Anda juga harus mempertimbangkan faktor-faktor di dalam dan luar perusahaan:
Dalam sistem akuntansi, biaya pemasaran dicatat di sisi debit pada akun beban, karena sifatnya mengurangi laba.
Biaya ini tidak termasuk dalam harga pokok penjualan (HPP), karena tidak berhubungan langsung dengan proses produksi.
Misalnya:
Mengatur biaya pemasaran, operasional, hingga pengiriman kadang bikin pusing, apalagi kalau masih dicatat manual atau terpisah-pisah.
Dengan Beecloud, Anda bisa mencatat semua jenis biaya, termasuk biaya iklan, gaji sales, hingga promo pelanggan secara otomatis dan terstruktur.
Semua data langsung terhubung ke laporan keuangan real-time, tanpa perlu input ulang atau hitung manual. Praktis, rapi, dan hemat waktu!
Mau coba dulu? Klik banner di atas sekarang juga!