Dynamic pricing adalah salah satu strategi penetapan harga, dimana strategi ini dinilai lebih inovatif dan efektif dibandingkan dengan cara tradisional.
Sebab, dengan adanya strategi ini harga bisa disesuaikan secara realtime berdasarkan faktor yang mempengaruhi, seperti permintaan, kondisi persaingan hingga perilaku konsumen.
Bisa dikatakan strategi ini menawarkan fleksibilitas dan peluang untuk memaksimalkan keuntungan, sekaligus memberikan pengalaman yang lebih personal bagi pelanggan.
Bagaimana cara kerja dynamic pricing ini? Mari kita bahas bersama secara mendalam mulai dari pengertian, manfaat, jenis, cara dan contoh penerapannya berikut ini.
Dalam jurnal Model Dynamic Pricing untuk Penetapan Harga Tiket Pesawat Terbang Berbasis Waktu dan Persediaan Kursi dengan Mempertimbangkan Keputusan Kompetitor (2013) karya Ahmad Rusdiansyah, dkk dijelaskan jika:
Secara umum, dynamic pricing adalah sebuah strategi dalam pengaturan penetapan harga yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan bisa diterapkan dalam berbagai jenis bisnis.
Bisa disimpulkan jika dynamic pricing adalah strategi penetapan harga dinamis dan fleksibel untuk produk dan jasa berdasarkan permintaan saat ini. Karena inilah, dynamic pricing populer digunakan karena kemampuannya dalam beradaptasi dan meningkatkan pendapatan perusahaan.
Dalam jurnal Dynamic Pricing and Its Forming Factor (2012) karya Indre Desknote dan Zigmas Lydeka, ada 6 faktor yang mempengaruhi dynamic pricing, yakni:
Faktor pertama yang dapat mempengaruhi dynamic pricing adalah perilaku dan karakteristik pelanggan, dimana tingkat pengetahuan pelanggan mempengaruhi cara mereka merespons harga.
Dimana pelanggan "miopi" cenderung membeli ketika harga turun di bawah keinginan mereka, sementara pelanggan "strategis" menyesuaikan perilaku pembelian mereka dengan strategi harga yang diterapkan.
Selanjutnya adalah fairprice, dimana kesadaran konsumen akan keadilan harga didefinisikan sebagai evaluasi dan pemahaman konsumen apakah perbedaan antara harga penjual dan pihak lainnya adalah wajar, dapat diterima, atau dapat dipertanggungjawabkan.
Persepsi ketidakadilan harga dapat menyebabkan ketidakpuasan konsumen, penyebaran informasi negatif, yang merusak reputasi penjual dan mendorong kepercayaan pada mereka.
Oleh karena itu, penting bagi bisnis atau perusahaan untuk memastikan bahwa harga yang mereka tetapkan dirasakan adil oleh konsumen agar dynamic pricing dapat beroperasi secara efektif.
Ketiga adalah struktur pasar, yang terfokus pada tingkat persaingan yang dihadapi oleh sebuah perusahaan itu sendiri. Model penetapan harga ini umumnya digunakan dalam kondisi monopoli.
Dimana dalam asumsinya, permintaan produk hanya bergantung pada produk itu sendiri, bukan pada harga pesaing. Sebab, pada praktek pasar oligopoli, harga dinamis ini lebih rumit dipraktekan.
Bac Juga: Pasar Oligopoli: Definisi, Ciri, Contoh, dan Jenisnya
Meskipun demikian, model penetapan harga yang tepat yang beroperasi dalam kondisi oligopoli dapat memberikan wawasan berharga tentang penetapan harga.
Permintaan produk adalah faktor terpenting dalam penetapan harga dinamis. Perusahaan perlu memahami pola permintaan konsumen untuk menentukan harga yang tepat.
Dimana, model permintaan tradisional yang mengandalkan parameter tetap dianggap kurang akurat karena tidak bisa memperhitungkan perubahan permintaan secara real-time.
Oleh karena itu, perusahaan perlu menggunakan model yang lebih canggih, seperti demand learning, untuk memahami dan mengukur permintaan produk secara real-time.
Faktor berikutnya adalah persepsi nilai produk, dimana konsumen seringkali menunda pembelian dengan harapan mendapatkan harga yang lebih baik di masa depan. Selain itu, keputusan pembelian juga bisa tertunda karena ketidakpuasan konsumen terhadap nilai suatu produk.
Dalam penetapan harga dinamis, persepsi nilai produk oleh konsumen menjadi faktor penting. Harga yang terlalu tinggi bisa membuat konsumen ragu membeli, sementara harga yang terlalu rendah bisa menurunkan persepsi kualitas produk.
Perusahaan perlu memahami bagaimana konsumen mempersepsikan nilai produknya dan bagaimana persepsi tersebut dapat berubah seiring waktu.
Selanjutnya adalah musim, seperti yang kita tahu permintaan terhadap suatu produk bisa berubah tergantung musim. Misalnya pada akhir musim, perusahaan fashion akan memberikan diskon besar untuk menghabiskan koleksi lama.
Harga produk makanan dan minuman juga kerap mengalami fluktuasi mengikuti musim dan hari tertentu. Secara umum, harga akan diturunkan pada saat permintaan sedang tinggi dan dinaikkan pada saat permintaan rendah.
Perusahaan perlu mempertimbangkan faktor musim ini dalam penetapan harga dinamis untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan keuntungan maksimal.
Strategi dynamic pricing dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yakni:
Strategi penyesuaian harga pertama adalah berdasarkan waktu. Dimana harga barang atau layanan dapat berubah sesuai dengan waktu tertentu, seperti musim liburan, musim sibuk, atau waktu puncak lainnya.
Contohnya, harga tiket bioskop biasanya lebih mahal pada akhir pekan dan jam tayang utama dibandingkan dengan hari kerja atau siang hari.
Berikutnya berdasarkan permintaan pasar, dimana harga disesuaikan berdasarkan tingkat permintaan pasar. Semakin tinggi permintaan, semakin tinggi pula harganya, sedangkan ketika permintaan rendah, harga dapat diturunkan.
Contoh pada penetapan harga pesawat, yang mana umumnya maskapai penerbangan menetapkan harga sesuai permintaan, dimana harga bisa berubah tergantung pada ketersediaan kursi dan kedekatan dengan tanggal keberangkatan.
Selanjutnya berdasarkan lokasi, beberapa produk biasanya memiliki harga yang berbeda sesuai dengan lokasi geografis produk atau pelanggannya. Contoh sederhananya, adanya perbedaan harga bahan makanan di pasar tradisional dan supermarket padahal di daerah yang sama.
Strategi penerapan dynamic pricing berikutnya adalah berdasarkan segmentasi konsumen, dilakukan dengan membagi konsumen menjadi kelompok atau segmen berdasarkan karakteristik tertentu, seperti usia, preferensi, atau perilaku belanja.
Harga kemudian disesuaikan untuk setiap segmen berdasarkan analisis data. Contohnya, situs e-commerce terkadang memberikan harga khusus untuk pelanggan yang baru pertama kali berbelanja.
Berikutnya adalah berdasarkan kompetisi, yakni strategi penetapan harga dinamis yang melibatkan penyesuaian harga berdasarkan aktivitas pesaing.
Ketika pesaing menurunkan harga, sebuah perusahaan mungkin akan mengikuti dengan menyesuaikan harga mereka agar tetap kompetitif.
Strategi ini bertujuan untuk mempertahankan pangsa pasar dan mengikuti dinamika persaingan di pasar. Penetapan harga berdasarkan harga pesaing cenderung cocok di pasar oligopoli.
Penerapan dynamic pricing membutuhkan perencanaan dan persiapan yang matang. Berikut beberapa tahapan yang bisa diikuti:
Tahap pertama adalah menganalisis pasar untuk memahami perilaku konsumen, tren penjualan, kekuatan pesaing, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran.
Selanjutnya, identifikasi variabel-variabel yang dapat memengaruhi harga, seperti waktu, musim, permintaan, ketersediaan stok, profil pelanggan, dan lain-lain.
Kemudian, kumpulkan data historis dan real-time yang relevan, termasuk data tentang harga pesaing, aktivitas pesanan, tren permintaan, dan lain-lain.
Berikutnya, gunakan data yang terkumpul untuk mengembangkan model peramalan yang dapat memprediksi permintaan di masa depan berdasarkan variabel-variabel yang telah diidentifikasi.
Lalu, berdasarkan hasil dari model peramalan, sesuaikan harga secara dinamis untuk mencerminkan kondisi pasar saat ini dan memaksimalkan pendapatan.
Harga dapat ditingkatkan saat permintaan tinggi atau stok rendah, dan dapat diturunkan saat permintaan rendah atau untuk mendorong penjualan.
Lakukan pemantauan secara terus-menerus terhadap kinerja dynamic pricing. Evaluasi hasilnya, identifikasi pola, dan rekomendasikan penyesuaian jika diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi.
Berdasarkan evaluasi dan pemantauan yang berkelanjutan, sesuaikan strategi dynamic pricing secara berkala untuk mempertahankan daya saing dan memaksimalkan profitabilitas.
Baca Juga: Profitabilitas Adalah: Pengertian, Jenis & Cara Menghitungnya
Berikut beberapa contoh penerapan dynamic pricing dalam kehidupan sehari-hari:
Situs web e-commerce seperti Amazon menggunakan dynamic pricing untuk menyesuaikan harga produk berdasarkan faktor-faktor seperti permintaan saat ini, persediaan stok, dan aktivitas pesaing.
Misalnya, harga produk elektronik dapat naik selama periode liburan saat permintaan meningkat.
Maskapai penerbangan dan penyedia layanan transportasi lainnya menggunakan dynamic pricing untuk menyesuaikan harga tiket berdasarkan permintaan, waktu pemesanan, dan faktor-faktor lainnya.
Harga tiket pesawat bisa lebih tinggi pada waktu-waktu tertentu seperti akhir pekan atau liburan.
Industri perhotelan sering menggunakan dynamic pricing untuk menyesuaikan harga kamar hotel berdasarkan tingkat permintaan, musim, dan acara khusus di daerah tersebut.
Harga kamar hotel dapat meningkat secara signifikan selama acara besar seperti festival atau konser.
Penyedia layanan streaming seperti Netflix menerapkan dynamic pricing dengan menyesuaikan harga langganan berdasarkan faktor-faktor seperti lokasi geografis, paket layanan, dan periode penawaran khusus.
Mereka juga dapat menyesuaikan harga berdasarkan data pengguna, seperti seberapa sering mereka menggunakan layanan.
Penjual tiket untuk konser, pertandingan olahraga, atau acara lainnya dapat menggunakan dynamic pricing untuk menyesuaikan harga tiket berdasarkan permintaan, jarak waktu hingga acara, dan ketersediaan kursi. Harga tiket bisa lebih tinggi jika acara mendekati waktu atau jika permintaan tinggi.
Apa keunggulan dan kekurangan dalam penerapan dynamic pricing pada bisnis:
Nah, dari seluruh penjelasan di atas, dynamic pricing adalah strategi penetapan harga dimana bisnis secara terus menerus menyesuaikan harga produk atau layanan mereka berdasarkan permintaan pasar saat ini. Semoga bermanfaat!