Bingung gimana cara menaikkan harga jual, padahal biaya bahan baku naik, biaya operasional ikut naik.
Kalau harga jual dibiarkan begitu saja, lama-lama bisnis bisa jadi rugi terus-terusan karena margin makin tipis, bahkan bisa tembus minus.
Kalau harga barang tiba-tiba dinaikkan, pelanggan bisa kabur karena merasa tidak diberi alasan yang jelas.
Lalu, bagaimana caranya menaikkan harga jual barang tanpa kehilangan pelanggan?
Menaikkan harga produk bukan cuma soal angka. Ini soal persepsi, strategi, dan komunikasi. Kalau dilakukan sembarangan, pelanggan bisa kabur.
Tapi kalau tepat, Anda bisa jaga margin tanpa kehilangan trust pelanggan. Bagaimana cara menaikkan harga barang tanpa harus kehilangan pelanggan?
Simak penjelasannya berikut ini!
Cara menaikan harga barang tanpa harus kehilangan pelanggan adalah dengan menambahkan value.
Karena apa?
Pelanggan tidak membeli produk, mereka membeli value. Kalau harga naik tapi value-nya juga naik, pelanggan justru akan merasa “lebih untung”.
Contohnya, Anda bisa menambahkan layanan after-sales, mengupgrade bahan baku, menambah fitur atau sekedar update kemasan agar terlihat lebih premium.
Dengan ini, kenaikan harga akan terasa wajar dan bisa diterima oleh pelanggan, karena mereka merasa mendapatkan sesuatu yang lebih dari sebelumnya, bukan sekadar membayar lebih mahal.
Selanjutnya, jangan langsung ubah harga tanpa penjelasan.
Anda bisa mengkomunikasikan kepada pelanggan apa saja alasan Anda menaikkan harga, misalnya inflasi, biaya bahan baku atau meningkatkan kualitas.
Gimana cara mengkomunikasikan kenaikan harga ini ke pelanggan?
Bisa dengan broadcast WhatsApp, email, atau lewat media sosial. Yang penting, sampaikan dengan bahasa yang jujur dan empatik, tanpa harus meminta maaf berlebihan ke pelanggan.
Tunjukkan bahwa kenaikan harga ini dilakukan demi menjaga kualitas dan layanan terbaik untuk mereka.
Strategi pricing harus diukur dan diuji.
Cara menaikkan harga barang harus dinaikkan sedikit demi sedikit dan ukur dampaknya ke repeat order, volume penjualan, dan margin.
Kenaikan bertahap memberi waktu bagi pelanggan untuk menyesuaikan persepsi terhadap nilai produk Anda.
Misalnya, Anda menjual kopi kemasan seharga Rp15.000. Daripada langsung menaikkan menjadi Rp20.000, Anda bisa menaikkan secara bertahap. Misalnya ke Rp16.500 terlebih dulu, lalu ke Rp18.000 beberapa bulan kemudian sambil melihat respons pasar.
Cara menaikkan harga barang selanjutnya adalah dengan menawarkan paket bundling.
Bundling itu win-win. Pelanggan merasa dapat harga lebih murah, Anda bisa dorong average order value lebih tinggi.
Contohnya, beli 2 produk lebih hemat daripada beli satuan.
Selain itu, bundling bisa bantu menghabiskan stok atau memperkenalkan produk baru.
Pricing psychology masih powerful. Harga seperti Rp49.000 terasa jauh lebih murah daripada Rp50.000.
Misalnya, harga Rp49.000 secara psikologis masih terasa di kisaran "empat puluhan", sementara Rp50.000 sudah masuk ke "lima puluhan" meski selisihnya hanya seribu rupiah.
Begitu pula dengan harga coret, ketika Anda menampilkan harga lama seperti Rp59.000 dan menawarkannya menjadi Rp49.000, pelanggan akan merasa sedang mendapatkan penawaran spesial, padahal sebenarnya Anda sedang mengatur ulang harga baru yang lebih menguntungkan.
Strategi ini tidak hanya meningkatkan konversi, tapi juga membantu transisi harga naik terasa lebih natural.
Salah satu cara paling elegan untuk menaikkan harga tanpa membuat pelanggan kabur adalah dengan membangun loyalitas.
Saat pelanggan sudah merasa "nyambung" secara emosional dengan merek atau produk Anda, mereka tidak hanya membeli karena harga mereka membeli karena percaya.
Anda bisa mulai dengan membuat program loyalitas dengan cara:
Intinya, tunjukkan bahwa Anda menghargai mereka lebih dari sekadar angka penjualan.
Dengan begitu, ketika Anda mulai menaikkan harga, pelanggan setia akan tetap bertahan karena mereka merasa memiliki nilai lebih dalam hubungan tersebut.
BACA JUGA: Cara Meningkatkan Loyalitas Pelanggan dan Faktornya
Kenaikan harga tidak harus membuat pelanggan merasa "ditinggalkan”, Anda bisa menyediakan pilihan alternatif atau varian lebih kecil, agar konsumen diberi ruang dengan budget terbatas untuk tetap membeli.
Misalnya, Anda bisa menaikkan harga pada produk utama, namun hadirkan varian versi "basic", ukuran lebih kecil, atau fitur yang lebih sederhana dengan harga lebih terjangkau.
Strategi ini memberi solusi bagi pelanggan yang punya keterbatasan anggaran, sekaligus tetap membuka ruang untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
Jadi meskipun ada penyesuaian harga, pelanggan tetap punya opsi. Mereka tidak langsung pergi, tapi justru merasa dimengerti.
Krisis, Bukan Jadi Alasan Bisnis Tumbang. Justru di tengah tekanan, banyak bisnis besar lahir dan berkembang.
Apa yang membedakan? Yang membedakan adalah kemampuan untuk beradaptasi, melihat peluang, dan membangun fondasi usaha yang tahan banting.
Jika Anda ingin tahu bagaimana caranya membangun bisnis yang tidak hanya bertahan, tapi justru tumbuh saat krisis melanda, Anda bisa pelajari selengkapnya lewat e-book gratis dari Bee berikut ini, GRATISSS!
Di dalamnya, Anda akan menemukan insight baru tentang strategi bertahan hidup dan berkembang dalam situasi tak terduga.