Diskon upto 20% buat distributor! Promo DISTRIBOOSTOR berlaku s.d. 26 Juni 2025
Logo Bee Web

Cara Menghitung Persediaan Akhir, Rumus dan Contohnya

Penulis:
Lutfatul Malihah
Professional Reviewer:
Loly Meyca Sari Amrullah S. Ak
Kategori:
Terbit: 10 Jun 2025
Diperbarui: 10 Jun 2025
Daftar Isi

Persediaan akhir barang dagang merupakan nilai stok barang yang masih tersisa di akhir periode akuntansi dan belum terjual. Nilai inilah yang nantinya akan dicatat sebagai aset lancar dalam laporan neraca.

Tak hanya itu, nilai akhir persediaan juga sangat mempengaruhi laporan laba rugi, karena digunakan dalam menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP). Jika nilainya tidak dihitung secara tepat, bisa-bisa laporan keuangan Anda menunjukkan hasil yang menyesatkan.

Lalu, bagaimana cara mencari persediaan akhir ini? Apa rumusnya? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini:

Apa itu Persediaan Akhir?

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, jika persediaan akhir adalah nilai stok barang yang masih tersisa di akhir periode dan belum terjual. Artinya, Artinya, nilai ini akan mempengaruhi langsung perhitungan laba rugi usaha.

Karena apa? Karena semakin besar nilai akhir persediaan, maka semakin kecil nilai beban HPP yang dibebankan, dan sebaliknya. Jika nilai akhir persediaan kecil, maka HPP akan terlihat lebih besar.

Hal ini terjadi karena rumus HPP mempertimbangkan total barang yang tersedia untuk dijual dikurangi nilai akhir persediaan. Maka dari itu, ketepatan dalam menghitung persediaan akhir menjadi kunci agar laporan laba rugi mencerminkan kondisi keuangan yang sebenarnya dan tidak menyesatkan pengambilan keputusan bisnis Anda.

BACA JUGA: Cara Menghitung Harga Pokok Produksi dan Contohnya

Ringkasan

  • Persediaan akhir adalah nilai barang dagang yang masih tersisa di akhir periode akuntansi dan menjadi bagian dari aset perusahaan.
  • Rumus umum persediaan akhir adalah: Persediaan Akhir = Persediaan Awal + Pembelian Bersih – Harga Pokok Penjualan (HPP).
  • Nilai akhir persediaan dapat dihitung menggunakan metode umum, laba kotor, metode ritel, atau metode WIP, tergantung jenis usaha dan data yang tersedia.
  • Jurnal penyesuaian persediaan dibuat untuk mencatat nilai persediaan yang tersisa, biasanya dilakukan dengan metode periodik atau perpetual agar laporan keuangan mencerminkan kondisi riil.

Rumus Persediaan Akhir

Untuk memudahkan proses perhitungan persediaan akhir ini, Anda bisa menggunakan satu rumus berikut yang paling umum digunakan, yakni:

Persediaan akhir = (Persediaan awal + pembelian bersih) – Harga Pokok Penjualan (HPP)

Rumus ini dikembangkan dari rumus dasar perhitungan hpp, yakni:

HPP = Persediaan Awal + Pembelian Bersih - Persediaan Akhir

Bagaimana jika nilai HPP-nya belum diketahui? Anda bisa mencari nilai HPP-nya terlebih dahulu dengan menggunakan rumus berikut ini:

HPP = Penjualan Bersih – Laba Kotor

Rumus di atas dapat Anda gunakan ketika Anda belum memiliki angka HPP secara langsung, tetapi sudah mengetahui nilai penjualan bersih dan laba kotor perusahaan dalam satu periode.

Setelah nilai HPP berhasil dihitung menggunakan rumus tersebut, barulah Anda bisa kembali menggunakan rumus awal untuk mencari nilai akhir persediaan. Bagaimana jika persediaan awalnya belum diketahui? Anda bisa baca artikel di bawah ini:

BACA JUGA: Rumus Persediaan Awal, Cara Hitung dan Contoh Soalnya

Bagaimana Cara Menghitung Persediaan Akhir

Di luar metode rumus langsung di atas, ada tiga metode lain yang umum digunakan di dunia bisnis dan akuntansi, terutama untuk perusahaan dagang dan manufaktur. Mari kita bahas satu per satu:

1. Metode Laba Kotor (Gross Profit Method)

Cara mencari nilai akhir persediaan menggunakan metode laba kotor sering digunakan jika dak tersedia data HPP secara langsung, terutama saat laporan keuangan belum lengkap. Pendekatan ini berdasarkan persentase laba kotor dari penjualan.

Caranya bagaimana? Anda bisa melakukan 3 tahapan berikut:

  • Menghitung harga pokok barang yang tersedia →  “Harga Pokok Barang = Persediaan Awal + Pembelian Bersih”
  • Menghitung Laba Kotor →  “Laba Kotor = Penjualan x Persentase Laba Kotor”
  • Menghitung HPP → Penjualan - Laba Kotor

Hingga di akhir kita akan mendapatkan rumus perhitungan persediaan akhir sebagai berikut:

Persediaan Akhir = Harga Pokok Barang yang Tersedia - HPP

2. Metode Ritel (Retail Method)

Seperti namanya, metode ini paling sering digunakan untuk usaha ritel seperti minimarket yang menjual barang dalam jumlah banyak dan seringkali memiliki markup harga yang seragam untuk menentukan nilai nilai akhir persediaan mereka.

Ada 3 tahapan yang perlu dilakukan untuk menghitung persediaan akhir metode ini yakni:

  • Hitung Harga Pokok Barang yang Tersedia → “Harga Pokok Barang = Persediaan Awal + Pembelian Bersih”
  • Menghitung Persentase Harga Pokok terhadap Harga Eceran → “Total Harga Pokok/ Total Harga Eceran”
  • Menghitung Biaya Penjualan → “Penjualan Eceran x Persentase Harga Pokok”

Setelah itu, Anda bisa menggunakan rumus persediaan akhir metode retail berikut:

Persediaan Akhir = Harga Pokok Barang yang Tersedia – Biaya Penjualan

3. Metode Work in Process (WIP)

Terakhir ada metode work in process atau WIP, metode ini biasanya digunakan untuk menghitung persediaan akhir terutama pada perusahaan manufaktur yang memiliki barang dalam proses produksi. Cara ini memperhitungkan biaya bahan, tenaga kerja, dan overhead pabrik yang terlibat dalam proses produksi.

Caranya bagaimana? Anda bisa melakukan beberapa tahapan berikut:

  • Menghitung persediaan awal WIP →  “Persediaan Awal WIP = Bahan yang Dibeli – Bahan yang Dipindahkan ke Produksi”
  • Menghitung biaya produksi →  “Biaya Produksi = Bahan yang Ditransfer ke Produksi + Tenaga Kerja Langsung + Overhead Pabrik”
  • Menghitung harga pokok produksi →  “Harga Pokok Produksi = (Bahan Langsung yang Digunakan + Tenaga Kerja Langsung + Biaya Produksi + Persediaan Awal WIP) – Persediaan Akhir WIP”

Sehingga rumus yang bisa digunakan untuk menghitung persediaan akhir metode WIP adalah sebagai berikut:

Persediaan Akhir WIP = (Persediaan Awal WIP + Biaya Produksi) – HPP

“Bagaimana bisa menghitung HPP jika nilai persediaan akhir WIP belum diketahui, sementara kita justru ingin mencari nilai nilai akhir persediaan WIP itu sendiri? Jawabannya: umus-rumus ini saling bergantung. Jika HPP dan nilai akhir persediaan sama-sama belum diketahui, kita tidak bisa menggunakan rumus di atas secara langsung.”

Solusinya bagaimana jika HPP dan persediaan akhir belum diketahui? Anda bisa menggunakan data tambahan seperti estimasi unit produksi, data fisik, atau sistem ERP/akuntansi yang mencatat aliran produksi.

Contoh Cara Mencari Persediaan Akhir

Berikut beberapa contoh perhitungan persediaan akhir berdasarkan metode di atas

1. Contoh Perhitungan Persediaan Akhir

Berikut contoh perhitungan nilai akhir persediaanr jika hpp sudah diketahui dan belum diketahui

#Jika HPP-nya Sudah Diketahui

Sebuah toko alat tulis mencatat data keuangan selama bulan Mei sebagai berikut:

  • Persediaan awal: Rp30.000.000
  • Pembelian bersih: Rp70.000.000
  • Harga pokok penjualan (HPP): Rp80.000.000

Maka, Anda hanya perlu memasukkan setiap nilainya pada rumus persediaan akhir, seperti berikut:

Persediaan Akhir = (Persediaan Awal + Pembelian Bersih) – Harga Pokok Penjualan (HPP)
                 = (Rp30.000.000 + Rp70.000.000) - Rp80.000.000
                 = Rp20.000.000

#Jika HPP belum Diketahui

Anda bisa menggunakan opsi metode laba kotor seperti di bawah ini 👇

2. Contoh Perhitungan Persediaan Akhir Metode Laba Kotor

Misalnya, sebuah toko sebuah toko elektronik memiliki data sebagai berikut:

  • Persediaan awal sebesar Rp50.000.000
  • Pembelian bersih selama periode Rp150.000.000
  • Total penjualan sebesar Rp250.000.000
  • Persentase laba kotor diperkirakan sebesar 30%

Maka, penyelesaiannya adalah:

📍 Hitung dulu harga pokok barang yang tersedia:

Harga Pokok Barang = Persediaan Awal + Pembelian Bersih
                   = Rp50.000.000 + Rp150.000.000 
                   = Rp200.000.000

📍 Hitung laba kotor berdasarkan persentase laba kotor dari penjualan:

Laba Kotor = Penjualan x Persentase Laba Kotor
           = Rp250.000.000 x 30% 
           = Rp75.000.000

📍 Hitung Harga Pokok Penjualan (HPP):

HPP = Penjualan – Laba Kotor
    = Rp250.000.000 – Rp75.000.000 
    = Rp175.000.000

📍 Akhirnya, kita bisa menghitung persediaan akhir dengan rumus:

Persediaan Akhir = Harga Pokok Barang yang Tersedia – HPP
                 = Rp200.000.000 – Rp175.000.000 
                 = Rp25.000.000

⇒ Jadi, nilai nilai akhir persediaan toko elektronik tersebut pada periode tersebut adalah Rp25.000.000. Dengan metode laba kotor ini, Anda bisa memperkirakan nilai akhir persediaan secara cepat walaupun data HPP belum tersedia secara pasti.

3. Contoh Perhitungan Persediaan Akhir Metode Retail

Contohnya, sebuah usaha toko sembako diketahui memiliki data keuangan sebagai berikut:

  • Persediaan awal barang: Rp80.000.000
  • Pembelian bersih: Rp120.000.000
    Total penjualan eceran: Rp300.000.000
  • Total harga eceran seluruh barang yang tersedia (termasuk stok awal dan pembelian): Rp400.000.000

Berapa total nilai akhir persediaannya? Berikut perhitungannya:

📍 Hitung harga pokok barang yang tersedia

Harga Pokok Barang = Persediaan Awal + Pembelian Bersih
                    = Rp80.000.000 + Rp120.000.000
                    = Rp200.000.000

📍 Hitung persentase harga pokok terhadap harga eceran

Presentase Harga Pokok = Total Harga Pokok / Total Harga Eceran
                       = Rp200.000.000 / Rp400.000.000
                       = 50%

📍 Hitung biaya penjualan

Buaya Penjualan = Penjualan Eceran x Persentase Harga Pokok
                = Rp300.000.000 x 50%
                = Rp150.000.000

📍 Hitung persediaan akhir

Nilai Akhir Persediaan = Harga Pokok Barang yang Tersedia – Biaya Penjualan
                       = Rp200.000.000 – Rp150.000.000
                       = Rp50.000.000

👉 Jadi, berdasarkan metode retail, nilai nilai akhir persediaan toko sembako Anda adalah Rp50.000.000. Metode ini cocok digunakan jika toko Anda memiliki sistem penjualan eceran dengan markup yang konsisten.

4. Contoh Perhitungan Persediaan Akhir Metode WIP

Misalnya, PT Maju Makmur memproduksi kursi kayu, dan memiliki data berikut untuk bulan Mei:

  • Bahan baku yang dibeli: Rp40.000.000
  • Bahan yang dipindahkan ke produksi: Rp30.000.000
  • Tenaga kerja langsung: Rp15.000.000
  • Overhead pabrik: Rp10.000.000
  • Persediaan awal WIP: Rp5.000.000
  • Harga pokok produksi (HPP) akhir bulan: Rp55.000.000

Maka, nilai akhir persediaannya adalah sebagai berikut:

📍 Hitung persediaan awal WIP

Persediaan Awal WIP = Bahan yang Dibeli – Bahan yang Dipindahkan ke Produksi
                    = Rp40.000.000 – Rp30.000.000
                    = Rp10.000.000

📍 Hitung biaya produksi

Biaya Produksi = Bahan yang Ditransfer ke Produksi + Tenaga Kerja Langsung + Overhead Pabrik
               = Rp30.000.000 + Rp15.000.000 + Rp10.000.000
               = Rp55.000.000

📍 Hitung persediaan akhir WIP

Persediaan Akhir WIP = (Persediaan Awal WIP + Biaya Produksi) – HPP
                     = (Rp10.000.000 + Rp55.000.000) – Rp55.000.000
                     = Rp65.000.000 – Rp55.000.000
                     = Rp10.000.000

👉 Jadi, nilai akhir persediaan barang dalam proses (WIP) PT Maju Makmur adalah Rp10.000.000. Ini mencerminkan nilai kursi-kursi yang masih dalam tahap pengerjaan dan belum selesai diproduksi.

Jurnal Penyesuaian Persediaan Akhir Barang Dagang

Dalam akuntansi, jurnal penyesuaian nilai akhir persediaan digunakan untuk mencatat nilai persediaan barang dagang yang masih tersisa di akhir periode akuntansi.

Penyesuaian ini dilakukan karena selama periode berjalan, semua pembelian barang dagang biasanya langsung dicatat sebagai beban pembelian. Jika tidak disesuaikan, laporan keuangan akan menampilkan informasi yang keliru, khususnya di laporan laba rugi dan neraca.

Ada dua metode yang digunakan dalam membuat jurnal penyesuaian persediaan ini, yakni metode periodik dan metode perpetual, berikut contoh jurnal penyesuaiannya:

1. Jurnal Penyesuaian Persediaan Metode Periodik

Pada metode periodik, persediaan tidak dicatat secara terus-menerus. Transaksi pembelian langsung masuk ke akun “Pembelian”, dan penyesuaian dilakukan di akhir periode.

a. Menutup Persediaan Awal

Jurnal Penyesuaian Persediaan Awal (metode Periodiik)

b. Mencatat Persediaan Akhir

Jurnal Penyesuaian Persediaan (metode Perpetual)

2. Jurnal Penyesuaian Persediaan Metode Perpetual

Sedangkan pada metode perpetual, semua perubahan dalam persediaan dicatat secara langsung setiap kali terjadi transaksi, baik pembelian maupun penjualan. Oleh karena itu, penyesuaian persediaan hanya dilakukan jika ada selisih fisik (misalnya karena kehilangan, kerusakan, atau kesalahan pencatatan). Maka, jurnalnya adalah:

Jurnal Penyesuaian Persediaan Akhir (metode Periodiik)

Kelola Stok dan HPP Auto Klop, Pakai Beecloud!

Pakai Beecloud, Hitung Hpp Otomatis Pakai Metode Average, Tanpa Perlu Pusing Lagi!

Mengelola persediaan dan jurnal penyesuaian kini lebih mudah dengan aplikasi pembukuan keuangan Beecloud. Beecloud ini digunakan untuk mencatat transaksi secara otomatis dan memantau stok real-time, sehingga perhitungan nilai akhir persediaan dan HPP jadi cepat dan akurat.

Dilengkapi fitur laporan lengkap dan keamanan data, Beecloud membantu Anda fokus mengembangkan bisnis tanpa ribet. Mulai coba gratis sekarang klik banner di atas sekarang juga!

Artikel Populer

Feedback Artinya: Jenis, Fungsi, beserta Cara Mendapatkannya
Suatu istilah yang dipakai masyarakat untuk menilai aktivitas seseorang ialah umpan balik atau feedback artinya dalam ba...
Baca Selengkapnya
13 Contoh Nota Pembelian dan Cara Membuatnya Lengkap
Sedang membuka bisnis baru dan butuh contoh nota pembelian sebagai bukti transaksi dengan konsumen nanti, Anda bisa memb...
Baca Selengkapnya
[DOWNLOAD] Contoh Cash Flow Excel dan Template Membuatnya Gratis
Contoh cash flow excel berfungsi untuk mengonversi data-data akuntansi pada laporan laba rugi dan neraca menjadi suatu i...
Baca Selengkapnya
Contoh Format Order untuk Usaha Online Shop
Ketika pertama kali membuat sebuah bisnis online shop, tentu siapapun akan bingung untuk memulainya dari mana. Salah sat...
Baca Selengkapnya
Contoh Matriks SWOT, Pengertian dan Strategi Penerapannya
Matriks SWOT berfungsi sebagai alat atau metode analisa peluang atau ancaman dalam bisnis, dengan analisis ini pebisnis...
Baca Selengkapnya
Apple to Apple Artinya Perbandingan, Ini Penjelasannya
Mungkin Anda pernah mendengar istilah apple to apple dan bertanya-tanya apa sebenarnya maknanya. Istilah apple to apple...
Baca Selengkapnya
Customer Service Software Akuntansi & Kasir Bee
Jam Operasional: senin - jumat jam 09.00 - 16.00 wib

Siap Mengubah Cara Anda Mengelola Bisnis

Sejak 2010, Bee telah berdedikasi untuk membantu Pengusaha di seluruh Indonesia dalam mengatasi tantangan laporan akuntansi dan keuangan. Kami siap mendukung kesuksesan bisnis Anda. Jangan ragu untuk menghubungi kami.
Logo Bee Web
Bee.id adalah brand dari PT BITS Miliartha, perusahaan penyedia software akuntansi terbaik dan aplikasi pembukuan usaha untuk membantu pemilik bisnis dan akuntan mengelola keuangan secara lebih cepat, mudah, dan akurat. Sebagai solusi akuntansi UMKM yang telah digunakan ribuan pengguna di seluruh Indonesia, Bee siap bantu bisnis Anda berkembang lebih efisien. Coba sekarang! Gratis Trial atau jadwalkan Demo Gratis bersama Tim Bee.
Jam Operasional
Senin - Jumat, 09:00 - 16:00 WIB
Sabtu, Minggu dan Tgl Merah LIBUR
Chat via WA
Alamat Kantor
Surabaya: Jl. Klampis Jaya 29J, SurabayaBandung: Aer Space - Jl. Karang Tinggal No.41B, Cipedes, Bandung
Jakarta: Jl. Mampang Prapatan VIII No. 3B, Jakarta Selatan (Sementara Tutup)
Copyright © 2025 Bee.id
magnifiercrossmenuarrow-right