Membahas mengenai usaha manufaktur, tidak jauh dengan yang namanya produksi. Produksi yang dilakukan perusahaan pasti memerlukan biaya. Adapun yang dimaksud dengan production cost atau biaya produksi,
Biaya ini adalah biaya-biaya yang digunakan untuk proses produksi yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang jumlahnya bisa lebih besar dibandingkan dengan jenis biaya lain.
Biaya tersebut meliputi harga pokok produksi yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk jadi dan harga pokok produk pada akhir periode akuntansi. Lebih jelasnya, simak penjelasannya di bawah ini!
Apa yang dimaksud dengan biaya produksi? Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa.
Dengan kata lain, biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual kepada konsumen.
Hal ini juga dijelaskan dalam Kamus Akuntansi (2006) karya Surjana Ismaya, production cost adalah biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan yang berhubungan dengan proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi.
Dengan mengetahui jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang, perusahaan bisa:
Secara umum, dalam proses produksi perusahaan mengeluarkan beberapa kelompok biaya yang dibedakan menjadi 3 unsur biaya produksi, berikut diantaranya:
Biaya langsung adalah biaya yang dapat diidentifikasi secara langsung dengan suatu produk, departemen, atau aktivitas tertentu. Artinya, biaya ini bisa langsung ditelusuri ke satu objek biaya (cost object), misalnya barang yang diproduksi atau proyek tertentu.
Contoh paling umum dari biaya langsung adalah bahan baku utama dan tenaga kerja langsung yang digunakan dalam proses berlangsung.
Kemudian ada biaya tenaga kerja langsung, yakni bagian dari biaya langsung yang secara spesifik merujuk pada biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah pekerja yang langsung terlibat dalam proses produksi barang atau jasa.
Tenaga kerja langsung ini adalah orang-orang yang benar-benar menyentuh dan membuat produk. Misalnya:
Terakhir ada biaya overhead pabrik, adalah biaya production yang tidak bisa ditelusuri langsung ke produk tertentu, tetapi tetap diperlukan untuk mendukung proses produksi secara keseluruhan.
Jenis biaya ini meliputi:
Walaupun tidak langsung terlihat pada produk akhir, biaya overhead sangat dibutuhkan untuk memastikan proses produksi berjalan lancar.
BACA JUGA: Pengertian Biaya Overhead Serta Jenis dan Fungsinya
Selain mengetahui pengertian dan unsur production cost, penting juga untuk mengetahui jenis-jenisnya. Berikut ini adalah jenis jenis biaya untuk produksi yang perlu Anda ketahui:
Cara Menghitung Biaya Tetap dan Biaya Variabel (Credit: bee.id)
Pertama ada biaya tetap, yakni merupakan biaya yang terdapat pada periode tertentu dengan jumlah tetap dan tidak tergantung pada proses produksi yang dilakukan. Biaya ini terdiri dari biaya tetap total dan biaya berubah total.
Dengan kata lain:
Biaya Tetap (FC) = Biaya Total (TC) - (Biaya Variabel per Unit (UVC) x Jumlah Unit yang Diproduksi (Q))
Contohnya, jika sebuah perusahaan manufaktur memproduksi 1.000 unit produk, maka seluruh biaya yang dibutuhkan untuk memproses bahan baku hingga menjadi barang jadi disebut sebagai biaya total.
Termasuk biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, serta biaya overhead seperti biaya listrik, biaya sewa, dan biaya air.
Kemudian ada biaya biaya variabel, merupakan biaya yang besarannya bisa berubah-ubah sesuai dengan hasil produksi yang dilakukan. Biaya ini berkaitan langsung dengan volume produksi. Semakin banyak barang yang diproduksi, maka semakin tinggi biaya ini.
Contoh biaya variabel secara umum, diantaranya adalah sebagai berikut:
Contoh kasus: Jika perusahaan ingin meningkatkan produksi, maka dana untuk membeli bahan baku dan upah masing-masing pekerja produksi juga akan meningkat.
Selanjutnya ada biaya rata-rata atau average cost, yakni biaya yang besarnya rata-rata dari per unit yang dihasilkan. Besar biaya rata-rata ini dihitung dengan membagikan total biaya dengan jumlah produk yang dihasilkan.
Biaya rata-rata ini dibutuhkan untuk mengetahui efisiensi produksi. Untuk menghitungnya, Anda bisa menggunakan rumus berikut ini:
Rumus Average Cost = Total Fixed Cost / Kuantitas Produk
Contoh kasus:
Jika biaya tetap Rp10.000.000 untuk 5.000 unit, maka biaya tetap per unit adalah Rp2.000. Semakin banyak produk yang dihasilkan, biaya tetap rata-rata akan semakin rendah, sehingga bisa menjadi dasar untuk menetapkan harga jual yang lebih kompetitif.
Biaya total adalah biaya hasil total seluruh biaya tetap dan biaya variabel yang digunakan terhadap perusahaan untuk menghasilkan barang jadi dalam satu periode tertentu.
Jenis biaya ini mencerminkan seluruh pengeluaran yang terjadi selama proses produksi berlangsung, mulai dari pembelian bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, hingga berbagai biaya overhead seperti biaya listrik dan biaya sewa.
Dengan mengetahui biaya total, perusahaan bisa menghitung biaya produksi per unit dan menyusun strategi untuk menetapkan harga jual yang tepat.
Marginal Cost adalah tambahan biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi satu unit barang tambahan. Perhitungan biaya ini penting dalam teori production cost, karena menentukan apakah penambahan produksi akan menghasilkan laba rugi atau justru mengalami pembengkakan.
Untuk menghitungnya, Anda bisa menggunakan rumus berikut ini:
Rumus Marginal Cost = Perubahan Total Cost / Perubahan Jumlah Output
Ket:
Dihitung dengan:
TVC = Biaya Variabel per Unit (UVC) × Jumlah Unit (Q).
Dengan mengetahui dana ini, perusahaan bisa membuat keputusan produksi kedepannya agar tidak membuang dana yang tidak efisien.
Ada dua metode perhitungan biaya produksi yang bisa digunakan untuk menentukan production cost, yakni metode full costing dan variable costing. Berikut penjelasan lengkapnya:
Full Costing adalah metode perhitungan biaya produksi yang mengakumulasi seluruh dana yang dikeluarkan, baik biaya tetap maupun biaya variabel. Dengan metode ini, semua production cost, termasuk biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Kemudian dimasukkan ke dalam harga pokok produksi barang yang dihasilkan.
Dengan metode ini, perusahaan dapat menetapkan harga jual yang tepat karena mencerminkan seluruh dana yang dikeluarkan perusahaan, termasuk pengeluaran saat pengelolaan barang dan persediaan barang awal yang dibutuhkan untuk memulai production.
Namun demikian, biaya tetap yang besar bisa menyebabkan produk yang dihasilkan tampak lebih mahal, terutama saat produksi sedang padat, sehingga berpengaruh pada pelaporan keuangan perusahaan dan strategi laba rugi.
BACA JUGA: Metode Full Costing Adalah: Pengertian dan Cara Menghitungnya
Sedangkan variable costing adalah metode yang hanya memperhitungkan biaya variabel sebagai bagian dari production cost. Biaya tetap seperti biaya sewa, biaya pemeliharaan, dan amortisasi tidak dibebankan langsung pada unit produk, melainkan diperlakukan sebagai biaya periode dalam laporan laba rugi.
Dengan menggunakan metode ini, perusahaan akan diberikan gambaran yang lebih jelas mengenai dana yang mengalami perubahan seiring naik turunnya volume produksi, serta memudahkan perhitungan harga jual minimum dalam jangka pendek.
Variable Costing juga sangat cocok digunakan dalam bidang makanan atau industri yang memiliki biaya tetap tinggi namun volume produksi fluktuatif.
Anda bisa lebih memahami bagaimana cara menghitung biaya produksi dengan memperhatikan contohnya dan panduannya di bawah ini:
Langkah pertama adalah menghitung biaya bahan baku langsung yang dikeluarkan untuk memproduksi produk. Misalnya, dalam proses pembuatan produk A, perusahaan menggunakan bahan baku utama seperti kain dan benang.
perhitungannya dilakukan dengan menjumlahkan seluruh pembelian bahan baku ditambah saldo awal persediaan, lalu dikurangi sisa akhir persediaan bahan baku. Dengan rincian:
Maka, perhitungan biaya bahan bakunya adalah sebagai berikut:
Biaya Bahan Baku Langsung = (Persediaan Awal Bahan Baku + Pembelian Bahan Baku) - Persediaan Akhir Bahan Baku. = (4.000.000 + 12.000.000) - 3.000.000 = Rp13.000.000
Selanjutnya adalah menghitung biaya tenaga kerja langsung, pengeluaran untuk karyawan yang dipekerjakan dan terlibat langsung dalam proses memproduksi barang. Dalam hal ini, produk A dikerjakan oleh 5 orang karyawan bagian produksi, masing-masing dibayar upah sebesar Rp2.500.000 per bulan.
Maka, perhitungannya adalah sebagai berikut:
Biaya Tenaga Kerja Langsung = 5 × 2.500.000 = Rp12.500.000
Kemudian, menghitung biaya overhead, yaitu pengeluaran tidak langsung yang turut berperan dalam kelancaran proses productionnya. Meskipun tidak langsung berkaitan dengan produk, namun biaya ini tetap penting dan wajib diperhitungkan dalam struktur production cost.
Dalam proses kali ini, perusaha mengelarkan biaya sebagai berikut:
Biaya Overhead:
Total Biaya Overhead = Rp5.000.000
Dengan menggabungkan ketiga komponen di atas, Anda bisa menghitung total production costi perusahaan sebagai berikut:
Production Cost = Biaya Bahan Baku Langsung + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead = Rp13.000.000 + Rp5.000.000 + Rp7.500.000 = Rp25.000.000
Jika dalam satu periode perusahaan berhasil memproduksi 1.000 unit produk A, maka:
Production Cost Per Unit = 33.000.000 ÷ 1.000 = Rp25.500
Dengan perhitungan di atas, Anda bisa membuat laporan harga pokok produksi berikut ini:
Perhitungan Productiom Cost dalam Laporan Harga Pokok Produksi (Credit: bee.id)
Punya usaha produksi dan masih bingung urus hitung manual manual, Anda bisa beralih dengan menggunakan software akuntansi manufaktur Beeaccounting. Dengan software ini, Anda dapat menghitung biaya produksi secara otomatis dan akurat tanpa harus repot mencatat satu per satu.
Dengan fitur job order, pencatatan biaya tenaga kerja langsung, hingga perhitungan biaya overhead secara otomatis akan sangat membantu Anda menyusun laporan keuangan yang lebih rapi dan informatif.
Jadi, Anda bisa lebih fokus menjalankan strategi produksi dan pengembangan bisnis, tanpa harus pusing urusan pencatatan production cost. Dapatkan software akuntansi lifetime sekarang juga dengan klik banner di atas!