Sejak jadi perbincangan pada tahun 2010-an, artificial intelligence atau AI mulai jadi buah bibir semua kalangan, termasuk artificial intelligence akuntansi.
AI sendiri saat ini bukan menjadi hal asing lagi, bahkan telah banyak merambah ke berbagai sektor industri. Dunia akuntansi, yang dulunya identik dengan angka dan pekerjaan manual, kini juga mengalami transformasi digital yang signifikan.
Para profesional akuntansi pun harus turut beradaptasi agar tidak tertinggal dan tetap relevan di era yang serba cepat ini. Apakah ada artificial intelligence akuntansi, bagaimana penerapannya?
Lebih lengkapnya, mari kita bahas artificial intelligence akuntansi pada artikel di bawah ini!
Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan merupakan teknologi yang memungkinkan sistem komputer untuk meniru kemampuan manusia dalam berpikir, belajar dari data, dan mengambil keputusan.
Di dunia akuntansi, AI bukan sekadar tren, tapi sudah menjadi game changer yang mengubah cara kerja akuntan dan proses keuangan. Bagaimana AI bekerja dalam akuntansi?
AI dalam akuntansi bekerja dengan memanfaatkan data dan algoritma cerdas yang bisa “belajar” dari pola-pola sebelumnya. Berikut beberapa teknologi AI yang umum digunakan di dunia akuntansi:
ML adalah bagian dari AI yang memungkinkan sistem belajar dari data historis. Misalnya, sistem bisa mempelajari pola pengeluaran perusahaan untuk memprediksi arus kas masa depan.
Teknologi ini memungkinkan sistem memahami bahasa manusia. Dalam akuntansi, NLP bisa digunakan untuk mengekstrak data penting dari dokumen, email, atau nota pembelian.
RPA digunakan untuk mengotomatisasi proses berulang seperti input data, pencatatan jurnal, hingga pembuatan laporan bulanan.
Banyak perusahaan kini menggunakan chatbot berbasis AI untuk menjawab pertanyaan seputar laporan keuangan atau status transaksi secara real-time.
Berdasarkan artikel BuiltIn.com, berikut ini adalah beberapa contoh penerapan AI dalam akuntansi dan keuangan yang relevan untuk dunia akuntansi:
Ocrolus menggunakan kombinasi machine learning dan verifikasi manusia untuk memproses dokumen keuangan seperti laporan bank, slip gaji, formulir pajak, dan faktur.
Teknologi ini mempercepat proses penilaian kelayakan pinjaman serta meningkatkan akurasi, yang dapat diadaptasi dalam proses akuntansi perusahaan untuk validasi data keuangan secara otomatis.
Zest AI mengembangkan platform underwriting berbasis AI yang membantu menilai calon peminjam meski memiliki riwayat kredit terbatas. AI mereka menganalisis ribuan variabel untuk membuat keputusan pinjaman yang lebih adil dan akurat.
Dalam konteks akuntansi, ini bisa membantu dalam menilai risiko piutang usaha atau kelayakan kredit pelanggan.
Workiva menawarkan platform berbasis cloud yang dilengkapi dengan generative AI untuk membantu tim keuangan dalam menyusun dokumen, merevisi konten laporan, dan melakukan riset data.
Ini sangat berguna untuk akuntan dalam menyusun laporan keuangan dan analisis data dengan efisien dan minim kesalahan.
Kensho, anak perusahaan dari S&P Global, menyediakan perangkat lunak pelatihan data dan analitik yang mampu menafsirkan ribuan dataset serta dokumen keuangan.
Dengan NLP (Natural Language Processing), mereka mengekstrak informasi dari tabel dan laporan secara otomatis kemampuan yang bisa digunakan dalam audit keuangan atau analisis laporan besar.
Dalam industri asuransi dan keuangan, Gradient AI memprediksi potensi klaim atau kerugian yang mungkin muncul. Dalam konteks akuntansi manajerial, AI seperti ini berguna untuk perencanaan anggaran, estimasi beban tak terduga, dan pengambilan keputusan berbasis risiko.
BACA JUGA: 6 Tools AI yang Sering Digunakan untuk Kebutuhan Marketing
Adanya AI untuk akuntansi pastinya akan mempengaruhi kinerja akuntan, bagai pisau bermata dua, adanya AI untuk akuntansi dapat berdampak positif sekaligus negatif, apa saja dampaknya?
Berikut beberapa dampak negatif AI untuk akuntan yang bisa Anda pertimbangkan:
Banyak pekerjaan akuntan seperti input data, pembuatan jurnal umum, atau rekonsiliasi sederhana kini bisa dilakukan otomatis oleh sistem berbasis AI. Hal ini berpotensi mengurangi kebutuhan tenaga akuntan untuk posisi entry-level.
Ketika terlalu mengandalkan sistem AI, ada resiko kehilangan pemahaman dasar akuntansi secara menyeluruh. Ini bisa menjadi masalah ketika sistem mengalami error atau harus dilakukan audit secara manual.
Sistem AI bekerja dengan data besar (big data), termasuk data finansial yang bersifat sensitif. Jika tidak dikelola dengan benar, ada risiko kebocoran informasi atau penyalahgunaan data.
Tidak semua akuntan memiliki latar belakang teknologi. Perubahan ini bisa menciptakan kesenjangan antara akuntan yang menguasai teknologi dan yang belum beradaptasi, terutama bagi generasi yang terbiasa bekerja secara manual.
Meskipun demikian, AI untuk akuntansi juga dapat menguntungkan akuntan, berikut diantaranya:
AI dapat menyelesaikan tugas-tugas repetitif seperti input data, rekonsiliasi transaksi, atau pembuatan laporan secara otomatis dan cepat. Hal ini tentu menghemat waktu dan memungkinkan akuntan untuk fokus pada analisis strategis.
Berbeda dengan manusia, AI tidak mudah lelah atau lalai. Ini menjadikan sistem AI sangat akurat dalam mencatat transaksi, menghitung pajak, atau mendeteksi anomali dalam laporan keuangan.
Dengan tugas-tugas manual yang telah diotomatisasi, akuntan kini memiliki kesempatan untuk naik level, menjadi penasihat keuangan strategis atau analis data yang lebih berperan dalam pengambilan keputusan perusahaan.
AI memiliki kemampuan memproses data dalam jumlah besar dengan cepat. Hal ini memungkinkan akuntan mendapatkan insight yang lebih mendalam untuk menyusun proyeksi keuangan atau strategi bisnis.
AI tidak bisa sepenuhnya menggantikan posisi akuntan, justru AI bisa menjadi tools atau alat bantu yang sangat kuat untuk memudahkan pekerjaan mereka. Karena apa? Karena AI tidak memiliki intuisi, pertimbangan etis, serta pemahaman konteks bisnis seperti halnya manusia.
Pada intinya, akuntan juga harus beradaptasi dengan kehadiran AI agar tetap relevan dan berdaya saing. Adaptasi ini bisa dimulai dari mempelajari teknologi akuntansi berbasis AI, mengasah keterampilan analitis dan berpikir strategis, hingga mengembangkan peran sebagai penasihat keuangan, bukan sekadar pencatat data.
Dengan sikap terbuka terhadap perubahan, AI justru bisa menjadi alat bantu yang memperkuat peran akuntan, bukan menggantikannya. Transformasi ini adalah peluang bagi profesi akuntansi untuk naik level ke arah yang lebih strategis dan bernilai tambah.